1. Selalu Belajar Memahami Perbedaan Mendasar antara Aset dan Liabilitas
Saat ini sebenarnya kita beruntung sudah banyak buku dan literatur serta
seminar yang membahas tentang perbedaan mendasar seputar aset dan
liabilitas. Hal paling mendasar adalah di mana aset adalah segala
sesuatu barang, benda, atau simpanan yang bisa dimaksimalkan untuk
menghasilkan keuntungan. Namun kadang, batasannya sering kali samar.
Untuk itu, kita perlu lebih bijak memaknai agar apa yang ada di sekitar
kita bisa menjadi aset.
Misalnya kita punya rumah. Jika kita menempatinya untuk tinggal dan tiap
bulan harus keluar uang untuk membayar listrik, perawatan, dan berbagai
hal lainnya, maka rumah tak bisa dihitung sebagai aset. Tapi, jika
kemudian kita punya beberapa kamar yang disewakan dan uang sewanya bisa
dikumpulkan untuk membayar kebutuhan bulanan rumah tersebut, maka kamar-
kamar itu sudah menjadi aset. Atau, bisa juga sebuah rumah yang sangat
nyaman untuk bekerja—terutama pekerja kreatif—membuat banyak karya
dihasilkan. Rumah tersebut membuat ide bermunculan karena kenyamanannya,
maka rumah itu bisa "dianggap" sebagai aset yang mendorong peningkatan
pendapatan.
2. Bekerja Keras dan Pintar Mengelola Keuangan
Banyak orang yang bekerja keras demi meningkatkan taraf hidup.
Sayangnya, karena merasa sudah bekerja keras, kemudian
memberikan"hadiah"pada diri sendiri untuk menghabiskan uang yang didapat
dengan bersenang- senang. Ujungnya, saat pendapatan besar, pengeluaran
pun makin besar.Sebenarnya, tak salah kita bersenang-senang setelah
bekerja keras. Namun ada baiknya, menunda kesenangan dengan menjadikan
uang yang didapat lebih dimanfaatkan untuk hal yang lebih positif.
Misalnya diinvestasikan terlebih dahulu. Dengan cara itu, saat
bersenang-senang, kelakakan lebih tenang, karena uang yang terkumpul
setelah bekerja keras, sudah bisa "bekerja untuk kita"dengan
menghasilkan investasi yang memberi hasil tambahan.
3. Hidup dengan Standar yang Lebih Kecil dari Pendapatan
Legenda saham dunia, Warren Buffett terkenal dengan pola hidup
sederhananya, bahkan meski ia sudah jadi orang terkaya dunia. la tetap
tinggal di rumahnya yang lama, meski ia sebenarnya mampu membeli yang
jauh lebih mewah. Bahkan, meski punya perusahaan jet mewah, ia lebih
senang naik pesawat komersial yang biasa-biasa saja. Atau, lihatlah Mark
Zuckerberg yang masih suka bersepeda ke kantornya.
Mereka adalah orang-orang yang tahu bagaimana menggunakan uangnya,
sehingga hidupnya tidak terbelenggu oleh kebutuhan-kebutuhan yang
sebenarnya kurang perlu. Ini penting sehingga saat pendapatan meningkat,
pengeluaran tidak ikut meningkat.Tapi, lebih bisa dimanfaatkan untuk
berinvestasi yang lebih menguntungkan ke depan.
4. Sadar dan Sabar Terhadap Proses
Tak ada jurus sukses yang sifatnya instan. Karena itu, meski terlihat
meledak- ledak dalam mengejar ambisi, sebenarnya orang-orang sukses
sangat! sadar dan sabar terhadap proses yang dijalaninya. Pada titik
inilah, orang-orang tersebut biasanya punya
daya juang yang tinggi dan ketekunan yang mendalam terhadap apa yang
sedang mereka tuju. Thomas Alva Edison, pendiri GE Electric sekaligus
penemu lampu pijar menyebut bahwa 99 persen hasil diperoleh dari kerja
keras.
5. Keinginan Belajar Kuat dan Menjauhi Zona Nyaman yang Melalaikan
Semangat belajar orang-orang sukses selalu tinggi. Mereka tidak pernah
merasa puas dan nyaman dengan apa yang dicapainya saat ini. Kalau belum
sukses, mereka akan terus berupaya belajar memperbaiki hal apa yang
salah. Seterusnya, jika sudah sukses, mereka takongkang-ongkang kaki
dengan kenyamanan yang diperoleh. Justru, saat itulah mereka berusaha
menjauhi zona nyaman dengan terus mencoba hal-hal baru.
Inilah yang bisa dengan mudah kita lihat para konglomerat dunia—yang
sukses pada satu bidang—kemudian segera merambah bidang lain, meski
tingkat kesuksesannya belum teruji. Mereka tidak takut gagal karena
justru di sanalah mereka belajar untuk meraih sukses yang lebih hebat
lagi.
6. Menjadikan Alat-alat sebagai Sarana, Bukan untuk Gaya Hidup
Banyak pengusaha dunia yang ternyata punya gadget teknologi informasi
yang biasa-biasa saja. Atau, mereka punya barang mewah, tapi benar-
benar dimaksimalkan fungsinya. Sehingga, apa yang dimiliki bukan untuk memenuhi gaya hidup melainkan harus benar-benardigunakan sesuai kebutuhannya.
7. Selalu Memahami Pentingnya Waktu
Orang-orang sukses biasanya memahami betul apa yang akan dilakukan dan
dimaksimalkan dalam sehari. Mereka punya jadwal terukur, terhitung, dan
detail untuk menjadikan sepanjang hari selalu maksimal.
Dalam Majalah LuarBiasa edisi Februari dan Maret 2012 lalu, kita
menampilkan tokoh Sandiaga Uno dan Dahlan Iskan. Kedua tokoh yang sangat
sukses di bidangnya ini punya jadwal yang rutin dan konsisten, mulai
dari pagi berolahraga hingga menjelang tidurnya.
8. Punya Jiwa Sosial Tinggi
Banyak pengusaha sukses yang memiliki keyakinan bahwa dengan berbagi
mereka mendapat banyak hal yang lebih lagi. Itulah mengapa pengusaha
sekelas Bill Gates atau rata-rata konglomerat di Indonesia punya yayasan
sosial. Selain menaikkan citra positif, hal tersebut rupanya juga
mendorong banyak kebaikan sehingga usaha yang dijalankan pun makin maju
dan sukses.
Banyak hal baikyang bisa kitajadikan kebiasaan positif. Dengan terus
memupuk dan menjadikan kebiasaan itu sebagai tindakan sehari-hari,
niscaya akan banyak hal positif yang akan datang membantu kita meraih
sukses seperti yang kita damba. Jadi, kebiasaan positif apa yang sudah
Anda tanamkan hari ini?
Sumber : All About The Word Blog
0 comments:
Posting Komentar