Bismillahir Rohmanir Rohiim
Assalamu’Alaykum Warohmatullahi Wabarakatuh
Assalamu’Alaykum Warohmatullahi Wabarakatuh
Saudaraku,
Alam semesta ini, isinya adalah materi dan energi. Pengamatan terakhir para ilmuwan bertambah satu, yakni informasi. Terwujudnya suatu benda disebabkan oleh karena adanya energi (tenaga atau daya). Tanpa energi mustahil ada materi, oleh karena itu energi lebih awal ada sebelum materi, sebab energi merupakann “roh” materi. Dalam setiap materi terkandung informasi. Informasi bukan materi meskipun tercetak pada materi. Informasi adalah hasil dari intelligence – kecerdasan.
Kecerdasan inilah yang menjadikan manusia berbeda dengan makhluk bumi
lainnya. Kecerdasan ini jugalah yang mengantarkan kesejahteraan
menemukan kebahagian dan keselamatan. Namun perlu disadari untuk
menemukan kebahagian itu manusia harus mengenal dirinya secara akrab.
Tak kenal akan diri sendiri bisa membuat ketidaktahuan akan tugas dan
fungsi yang esensial di bumi ini. Kabut gelap yang selama ini menutupi
sosok jasmani dan rohani, akan bersinar terang tatkala jalan Shirathal
Mustaqim kita tempuh melalui pencermatan akan hakikat diri.
Pertanyaan yang selalu menghadang manusia mengenai hakikat dirinya
adalah darimana, mau kemana, apa maksud tujuan hidup, lalu mau kemana?
Tak kenal maka tak sayang. Mari.,cermati hakikat diri ini, agar kita
bisa mengagumi kebesaran Illahi, mensyukuri nikmat dan karunia-Nya,
serta memilih ajaran-Nya sebagai resep untuk menyelamatkan diri.
Sebelum kita telaah satu persatu, mari kita mulai dari titik mana kehidupan ini berawal.
Awalnya dunia ini (langit dan bumi) adalah satu, dan seluruh
kehidupan ini berasal dari air (H2O beserta zat-zat mineral yang
dikandungnya), seperti dalam Al-Anbiyaa’ – QS 21:30: “Awalam
yarolladziyna kafaruww annaas samaawaati wal’ardha kaanataa rotkoon
fafataqnaahumaa waja’ alnaa minal maa ikulla syai’injahiin, afalaa yu’minuwn” artinya:
“Tidakkah orang-orang kafir itu melihat bahwa langit-langit dan bumi disatukan kemudian mereka Kami pisahkan dan Kami menjadikan setiap yang hidup dengan air. Lalu apakah mereka tidak beriman?”
Data modern menyebutkan bahwa makhluk yang paling tua adalah
tumbuh-tumbuhan, yaitu ganggang yang ditemukan sejak periode
pra-Cambira, yaitu saat dikenali daratan yang paling tua. Dunia hewan
muncul kemudian yang berasal dari laut. Al-Qur’an menyatakan bahwa unsur
terpenting bagi seluruh kehidupan tumbuh-tumbuhan, seperti dalam Thaahaa – QS. 20:53: “…wa’andzala minassamaaishoo aan. Fa’akhroj’naa biha adzwajaam minnabaa tin syata” artinya:
“Dan Allah menurunkan air dari langit. Maka kami tumbuhkan (dari air itu) berpasang-pasang tumbuhan yang berbeda-beda.”
Kemudian Allah berfirman dalam An-Nur – QS. 24 : 45 “Wallahu kholaqo kulla daaabbatim mimma” artinya:
“Dan Allah menciptakan semua jenis hewan dari air.”
Selanjutnya Allah menjadikan manusia melalui tujuh macam tingkatan:
Yang pertama
Disuratkan dalam As Sajadah – QS. 32 : 7
“Waba alkholqo minthiyn”
Disuratkan dalam As Sajadah – QS. 32 : 7
“Waba alkholqo minthiyn”
artinya:
“Dan Allah menjadikan manusia pada asalnya dari tanah”
“Dan Allah menjadikan manusia pada asalnya dari tanah”
Kata “thin” (tanah) pada ayat tersebut bermakna atom zat air atau Hidogenium.
Yang kedua
Disebutkan dalam Ar-Rahmaan – QS. 55 : 14:
“Kholaqol insaana min sholsholin kal fakhkhoor”
Disebutkan dalam Ar-Rahmaan – QS. 55 : 14:
“Kholaqol insaana min sholsholin kal fakhkhoor”
artinya:
“Allah menjadikan manusia dari tanah yang kering seperti tanah tembikir yang dibakar”
“Allah menjadikan manusia dari tanah yang kering seperti tanah tembikir yang dibakar”
Kata “sholshol” (tanah kering atau setengah kering) pada ayat diatas adalah zat pembakar atau Oxygenium.
Yang ketiga
Disebutkan dengan kata “Fakhkhoor” pada ayat diatas adalah zat arang atau Carbonium.
Disebutkan dengan kata “Fakhkhoor” pada ayat diatas adalah zat arang atau Carbonium.
Yang keempat
Disebutkan dalam Al-Hijir – QS. 15 : 28
“Waidza Qolarobbuka lilmalaaa ikati inni kholiqun basyaron min sholsholin min hamaa’ in masnuwm”
Disebutkan dalam Al-Hijir – QS. 15 : 28
“Waidza Qolarobbuka lilmalaaa ikati inni kholiqun basyaron min sholsholin min hamaa’ in masnuwm”
artinya
“Dan hendaklah engkau ketahui ketika Allah berfirman kepada malaikat sesungguhnya Aku hendak menjadikan manusia dari tanah dan Lumpur hitam yang berbentuk.”
“Dan hendaklah engkau ketahui ketika Allah berfirman kepada malaikat sesungguhnya Aku hendak menjadikan manusia dari tanah dan Lumpur hitam yang berbentuk.”
Kata “Hamaa’in” (lumpur hitam) diartikan zat lemes atau Nitrogenium.
Yang kelima
Disebutkan dalam As shaffaat – QS. 37 : 11
“Innakholaknaahum mintiynin laadzib”
Disebutkan dalam As shaffaat – QS. 37 : 11
“Innakholaknaahum mintiynin laadzib”
artinya:
“Sesungguhnya Allah menjadikan mereka (manusia) dari tanah liat”
“Sesungguhnya Allah menjadikan mereka (manusia) dari tanah liat”
Kata “laadzib” (tanah liat) adalah tanah yang sudah sempurna, yang
telah diaduk, terdiri dari kandungan zat besi (Ferum), Yodium, Silicum
dan Morgaan yang menjadi jaringan jasmani.
Yang keenam
Disebutkan dalam Ali Imran – QS. 3 : 59
“Adama kholaqohuu minturoob”
Disebutkan dalam Ali Imran – QS. 3 : 59
“Adama kholaqohuu minturoob”
artinya:
Dia (Allah) menjadikan Adam dari tanah”
Dia (Allah) menjadikan Adam dari tanah”
Kata “turoob” (tanah) adalah unsur-unsur atau zat asli yang terdapat didalam tanah yang dinamakan zat anorganis.
Zat ini baru terjadi setelah berlangsungnya persenyawaan antara zat
air yang disebut “thin”, zat arang yang disebut “Fakhkhor” dengan zat
pembakar “Sholshol”, zat lemes atau “Hamaa’in” , kemudian bersenyawa
dengan zat besi, yodium kalium sillicium dan morgaan yang disebut
“Laadzib”.
Dengan berlangsunganya proses tersebut maka terbentuklah suatu zat
yang dinamakan “protein”. Inilah yang disebut “turoob” atau zat
anorganis.
Diantara zat-zat anorganis yang dipandang penting adalah zat Kalium
yang banyak terdapat dalam jaringan tubuh, utamanya pada zat otot. Zat
ini memilik aktivitas dalam proses hayati yakni dalam pembentukan badan
halus atau roh.
Dengan berlangsungnya “protenisasi” kemudian mengalami penggantian
substansi, lalu lantaran elektron sinar kosmis yang menjelmakan
pembentukan atau formasi “ujud” dinamakan “cause formalis”. Oleh karena
sinar kosmis dapat merubah sifat zat yang berasal dari tanah maka
terbentuklah badan kasar (jasmani) – berbentuk
manusia (adam), akan tetapi belum ada rohnya.
manusia (adam), akan tetapi belum ada rohnya.
Tingkatan yang terakhir, roh ditiup.
Disebutkan dalam Shaad – QS. 38 : 27 : “Faidzaa sawwaytuhuu wanafakhtu minruwhiy.”
artinya:
Maka tatkala Aku sempurnakan kejadian Adam, lalu Aku tiupkan roh daripada-Ku kepadanya
Pada ayat ini jelas diterangkan, setelah proses pembentukan tubuh
kasar berujud, maka menyusullah proses “menghidupkan” yakni pemberian
“roh’. Proses ini dinamakan “Vitalisasi”.
Dengan keterangan tersebut menurut Al-Qur’an terjadinya manusia Adam melalui proses tujuh tingkatan sedang badan halus atau ruhani adalah kejadian terakhir.
Dengan keterangan tersebut menurut Al-Qur’an terjadinya manusia Adam melalui proses tujuh tingkatan sedang badan halus atau ruhani adalah kejadian terakhir.
Dalam Al-Qur’an disebutkan pada Nuh – QS. 71:14 : “Waqod kholaqo kum athwaaraan”
artinya:
Dan sesungguhnya Allah menjadikan kamu secara beringkat
Dan sesungguhnya Allah menjadikan kamu secara beringkat
Demikianlah Ilmu pengetahuan eksak hanya memiliki kemampuan meneliti
dan melakukan analisa dalam pembentukan tubuh kasar, karenanya tubuh
kasar tersusun dari materi yang dapat dilihat dan diraba pancaindera.
Dalam Al Isra – QS. 17: 85 : “Qulir Ruwhumin Amri Robbi”
artinya:
“Katakanlah Roh itu urusan Tuhan-Ku dan kamu tidak diberi ilmu melainkan sedikit.”
“Katakanlah Roh itu urusan Tuhan-Ku dan kamu tidak diberi ilmu melainkan sedikit.”
Selanjutnya dalam surat Al Hajj – QS. 22: 5 menyebutkan bahwa
“…ketahuilah Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari
setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal
daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami
jelaskan kepada kamu. Dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami
kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan
kamu sebagai bayi, kemudian dengan berangsur-angsur kamu sampailah
kepada kedewasaan, dan dianatara kamu ada yang diwafatkan dan adapula
diantara kamu yang dipanjangkan umurnya samapi pikun, supaya dia tidak
mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya.”
Jadi, jika Adam melalui proses 7 tingkatan, maka kita dan turunannya
melalui setetes mani. Dapat dijelaskan juga bahwa proses hidup dan
singgah manusia melalui beberapa alam istimewa yaitu : alam rahim (alam
kandungan ibu) – alam fana (dunia ini) – alam kubur (peristirahatan
sementara) dan alam akhirat
(kampung terakhir)
(kampung terakhir)
Selanjutnya, untuk apa kita tinggal disini – dibumi?
Disebutkan dalam Adz-Dzaariyaat – QS. 51:56 : “Wamaa kholaktul jinna wal insa illaa liya’ buduwn.”
Disebutkan dalam Adz-Dzaariyaat – QS. 51:56 : “Wamaa kholaktul jinna wal insa illaa liya’ buduwn.”
artinya:
“Tidak Aku (Allah) jadikan jin dan manusia melainkan untuk mengabdikan diri kepada-Ku.”
“Tidak Aku (Allah) jadikan jin dan manusia melainkan untuk mengabdikan diri kepada-Ku.”
Para ulama muktabar telah menguraikan pengertian ibadah itu dengan
panjang lebar yang mana perkataan ibadah ada kesempurnaannya dan
mempunyai ruang lingkup yang luas, tidak semata-mata terhadap kepada
fardhu solat, puasa, zakat dan haji, melainkan tugas dan kewajiban kita
di dunia ini adalah beribadah dan menghambakan diri kepada Allah S.W.T.
Untuk menepati kehendak ibadah dalam seluruh hidup ini, maka setiap
perbuatan yang kita lakukan itu mestilah semata-mata karana Allah
S.W.T., serta mengikut betul-betul arahan yang telah disampaikan oleh
Rasulullah S.A.W..
Jika demikian segala makanan, minuman, pelajaran, pekerjaan,
pendidikan jasmani, pernikahan dan mendidik anak adalah merupakan
faktor-faktor yang membantu kita untuk taat kepada Allah S.W.T., serta
kaffah atas perintah-Nya. Idealnya dapat kita maknakan rumah, sekolah,
kantor, sawah ladang, orang tua, saudara, teman-teman adalah media untuk beribadah. Jadikan seluruh bumi Allah
S.W.T. ini merupakan ‘masjid’, tempat kita menunaikan ibadah dalam
kehidupan yang sebenarnya.
Terakhir, pertanyaannya adalah kemana setalah ini?
Setelah melewati alam-alam penghidupan (rahim – dunia – kubur) maka
tujuan akhir kita adalah akhirat. Ini penting. Tidak tahu tujuan akhir,
manusia akan bimbang akan pekerjaannya di bumi. Ada yang diwafatkan
kemudian di bangkitkan dan ada pula yang dipanjangkan umurnya kemudian
di mudakan untuk menuju kampung terakhir ini.
Abu Nu’aim meriwayatkan sebuah nasehat berharga dari Bilal ibn Sa’ad
sebagai berikut, ” wahai manusia yang kekal dan abadi, anda tidak
diciptakan untuk kefanaan dan kesementaraan, tetapi anda diciptakan
untuk kekekalan dan keabadian. Pada hakikatnya, anda hanya mengalami
perpindahan tempat dari satu
tempat ke tempat lain.”
tempat ke tempat lain.”
Lalu, apakah kekekalan itu? Apa itu akhirat?
Manusia yang serius menjalankan kekhalifaannya di dunia akan mendapat
kebahagian hakiki, sebaliknya yang ingkar dan kafir lagi munafik akan
mendapatkan kesengsaraan. Seluruh organ tubuh manusia akan melaporkan
tugas-tugasnya bersama “Majikannya”, dan pengadilan yang teradil akan
memvonis surga atau neraka untuk manusia.
Mereka yang berat timbangan amal kebajikannya akan ke surga dan mereka yang berat amal keburukannya akan ke jahanam.
Untuk kehidupan di surga dan neraka akan penulis bahas tersendiri ditulisan yang lain, termasuk kehidupan di alam kubur.
Wallahu A’lam Bisshowab.
Demikian, semoga bermanfaat. Aamiin Yaa Rabbal `Alamin.
Billahi Alhidayatu wa taufiiqi.
Wassalaamu`Alaikum Warohmatullahi Wabarokaatuh.
Billahi Alhidayatu wa taufiiqi.
Wassalaamu`Alaikum Warohmatullahi Wabarokaatuh.
http://adesuerani.wordpress.com/2009/06/12/mari-mencermati-hakikat-diri/
http://filsafat.kompasiana.com/2010/07/27/darimana-kita-berasal-206411.html
0 comments:
Posting Komentar