Kehidupan dan kematian
bagaikan dua sisi mata uang yang tak pernah bisa dipisahkan. Siapa pun dan apa
pun yang hidup di dunia ini pasti akan merasakan kematian.
Betapapun seseorang
itu tak menginginkannya, baik yang tua ataupun yang muda, yang kecil ataupun
yang besar, si kaya maupun si miskin, yang kuat maupun yang lemah, kematian
tetap akan menjemputnya, meskipun tidak ada yang tahu kapan dan di mana
seseorang itu akan mati dan bagaimana pula akhir kematiannya. Allah ta’ala
berfirman:
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan kematian dan
sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Maka barangsiapa
yang dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah
beruntung. Dan kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (QS.
Ali Imran: 185)
HAKIKAT KEHIDUPAN DUNIA
Pernahkah kita memperhatikan
tentang hakikat kehidupan manusia di dunia ini. Sungguh dahulunya kita adalah
sesuatu yang tidak ada dan tak berarti apa-apa, tak terlihat oleh mata dan tak
teraba oleh indra. Dari ketiadaan inilah Allah Yang Maha menghidupkan dan Maha
mematikan memulai penciptaan kita dari air mani, kemudian berubah menjadi
segumpal darah, setelah itu menjadi sekerat daging, lalu malaikat –dengan izin
Allah– meniupkan ruh ke dalamnya, Allah menyempurnakan penciptaan kita dalam
tahapan-tahapan berikutnya.
Kemudian kita hidup di dunia
ini, dari sejak bayi hingga masa kanak-kanak, kemudian menjadi remaja, dan
akhirnya menjadi tua. Setelah itu hanyalah sisa-sisa umur, dimana kita menunggu
saat-saat datangnya ajal menjemput kita. Ketika itulah, segala kehidupan dunia
yang pernah kita rasakan akan sirna tanpa tersisa, dan berhenti tanpa bisa
ditunda.
Sejak saat itulah, kita
menetap di dalam kubur yang gelap dan pengap, tanpa teman dan tanpa bantal.
Saat itulah kita sangat amat berharap ada cahaya yang menerangi kita atau teman
yang menemani, saat itulah hanya Allah ta’ala saja yang dapat menolong
kita, dan menjaga kita dari kengerian alam kubur.
Sudah menjadi keharusan bagi
manusia untuk selalu ingat akan nikmat-nikmat Allah yang ia rasakan di dunia
untuk senantiasa disyukuri dan dipergunakan dalam perkara-perkara yang diridai
oleh-Nya.
Sesungguhnya diciptakannya
jin dan manusia beserta seluruh apa yang ada di dunia ini bukanlah hanya sebuah
kesia-siaan belaka, tetapi semuanya tercipta adalah untuk sebuah tujuan yang
sangat mulia, yaitu beribadah kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Allah
berfirman:
HIDUP UNTUK BERIBADAH
“Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka hanya beribadah kepada-Ku (mentauhidkan-Ku).” (QS. adz-Dzariyat: 56)
Oleh karena itulah, sudah
menjadi keharusan bagi siapa saja yang menginginkan kesuksesan di akhirat
kelak, untuk senantiasa beribadah kepadanya dengan sebenar-benarnya ibadah, dan
tidak menjadikan dunia sebagai tujuan hidupnya.
Banyak kita lihat dari
kalangan kaum muslimin yang sangat sibuk dan bersungguh-sungguh mencari harta
dunia mulai dari pagi sampai malam, tetapi ketika azan salat dikumandangkan, ia
masih sibuk dalam urusannya tanpa memperhatikan salatnya, bahkan meremehkan dan
meninggalkannya, seolah-olah mereka melihat bahwa salat itu adalah sesuatu yang
tidak bermanfaat yang hanya mengganggu kehidupannya. Hal ini tentunya adalah
sebuah kerugian yang amat besar baginya, yang akan ia tanggung kelak di hari
kiamat. Pada hari dimana harta dan anak-anak tidak lagi bermanfaat kecuali
mereka yang datang kepada Allah dengan hati yang selamat.
Seseorang yang meninggalkan
salat maka ia masuk dalam ancaman Allah subhanahu wa ta’ala berupa siksa
api neraka yang menyala-nyala yang di dalamnya ia dibakar hidup-hidup dan
disiksa. Allah ta’ala berfirman:
Setelah kita mengetahui akan
beratnya perjalanan menuju negeri akhirat dan ancaman bagi orang yang tidak mau
beribadah kepada Allah, maka kita harus menggunakan hidup kita untuk menyiapkan
bekal yang sebanyak-banyaknya guna menghadapi kehidupan setelah kematian,
dengan ibadah-ibadah yang telah disyariatkan kepada kita. Allah pun
memerintahkan kita untuk berbekal dengan ketakwaan, karena sebaik-baik bekal
adalah takwa. Allah ta’ala berfirman:
“Apakah
yang memasukkan kamu ke dalam neraka Saqar?”, mereka menjawab: “Kami dahulu
tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat.” (QS. al-Muddatsir: 42-43)
Dalam ayat lain Allah subhanahu
wa ta’ala juga menyuruh manusia agar berdoa kepada-Nya, sehingga Ia akan
mengabulkannya, dan mengancam orang-orang yang sombong tidak mau berdoa dan
beribadah kepadanya. Firman-Nya:
“Dan
Rabbmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu.
Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari beribadah kepada-Ku, akan
masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina.” (QS. Ghafir: 60)
BEKAL MENUJU KEMATIAN
“Dan
berbekalah, sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah
kepada-Ku wahai orang-orang yang berakal.” (QS. al-Baqarah: 197)
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam juga mengabarkan kepada kita tentang amalan yang tak akan
putus pahalanya meskipun pelakunya telah meninggal dunia. Beliau shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
“Jika manusia mati maka terputuslah amalnya kecuali
tiga: shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak saleh yang
mendoakannya.” (HR.
an-Nasa’i)
Akhirnya semoga Allah
melindungi kita dari kelalaian dalam beribadah kepada-Nya dan memudahkan kita
dalam bertakwa kepada-Nya, menyelamatkan kita dari siksa kubur dan siksa api
neraka, serta memasukkan kita ke dalam surga-Nya. Amin ya Rabbal ‘alamin.
| Oleh : Ari
Wijayanto |
http://buletin-aliman.blogspot.com/2013/04/mengapa-kita-hidup-di-dunia.html
2 comments:
ijin share dengan cara copy artikel ya sob ...
cek : http://www.arissaryanto.net/2013/09/hakikat-hidup-di-dunia.html
.
Thanks. ;-)
iya, silahkan...
siip (y)
Urwlcm :)
Posting Komentar