Pertama
Kita
akan merasa tidak nyaman Ketika ada orang menghina, mencela, dan
menjauhi diri kita. Hati menganggap ini adalah kejadian yang tidak enak.
Sebuah musibah dan bala ketika dihina orang. Hati menjadi jengkel,
kecewa dan sedih.
Kedua
Rumusnya
ketika orang lain menghina, maka segeralah menyimak penghinaan mereka.
Bandingkan, apa yang dikatakan orang dengan apa yang Allah ketahui
tentang kita. Maksiat mata, maksiat pikiran, maksiat mulut, maksiat yang
diam-diam dan tersembunyi. Bandingkan dengan celaan yang menimpa diri
kita, mana yang lebih buruk?
Ketiga
Sebetulnya
penghinaan orang kepada kita jauh lebih baik dibanding keburukan kita
yang sebenarnya. Kalau hati lebih sibuk memikirkan perkataan orang
daripada memikirkan apa yang Allah ketahui tentang kita, maka itulah
musibah yang lebih besar. Lebih buruk daripada cemoohan dan penghinaan
orang-orang.
Keempat
Cemoohan
itu tidak berbahaya, yang berbahaya adalah kita tidak mengakui segala
kebusukan di hadapan Allah. Kalau kita sibuk dengan cemoohan orang, kita
tidak bisa bertaubat. Tapi kalau kita sibuk dengan apa yang Allah
ketahui tentang kita, maka kita bisa bertaubat karena taubat adalah
sumber ketenangan. Taubat juga adalah sumber jalan keluarnya masalah dan
mendatangkan rejeki yang tidak disangka-sangka.
Kelima
Jangan
merasa berat dengan hinaan dan cemoohan orang karena tidak ada bahaya
sama sekali. Yang bahaya itu ketika kita tidak berhasil mengetahui apa
yang Allah ketahui tentang kita. Kita tidak ada apa-apanya di hadapan
Allah. Orang busuk, banyak dosa, shalat tidak khusyuk, sedekah pelit,
penuh maksiat, hati tidak yakin, shalat tidak pernah benar, dan banyak
sekali kekurangan yang tidak diketahui orang-orang.
Keenam
Sibuklah
dengan apa yang Allah ketahui. Sibuklah dengan taubat daripada cemoohan
orang. Perkataan paling jelek sekali pun tentang kita masih lebih bagus
dibanding kejelekan kita yang sebenarnya. Harus diingat bahwa jangankan
kita, nabi saja yang sempurna dihina. Para ulama yang saleh pun dihina.
Para waliyullah juga dihina. Apalagi kita yang hina betulan.
Ketujuh
Mengapa
kita merasa sakit hati? Karena kita terlalu tinggi menilai diri
sendiri. Merasa suci, merasa saleh, merasa mulia, dan merasa hebat. Kita
tidak jujur pada diri kita dan hal itulah yang menyebabkan hati menjadi
sakit. Kalau kita mau jujur, sebenarnya tidak ada apa-apanya penghinaan
orang itu.
Kedelapan
Kita
senang dipuji sehingga hidup penuh dengan akal-akalan supaya tetap
dipuji. Allah yang Maha Mengetahui segala isi hati. Ia bisa membalikkan
orang yang awalnya memuji menjadi mencaci. Mengapa? Supaya kita tidak
‘jinak' kepada orang yang memuji.
Kesembilan
Allah
Maha Tahu kecenderungan hati kita, jadi jika suatu saat Allah
melepaskan kecenderungan tersebut, maka itu adalah karunia dari Allah.
Karena itu, ingatlah: Satu, kalau kita dihina orang, carilah apa yang Allah tahu tentang kita. Kedua,
kalau ada sesuatu yang diambil dari kita, ketahuilah, periksalah,
jangan-jangan yang diambil itu telah menjadi illah kita. Jangan takut
apa pun di dunia ini selain takut kahilangan ridha Allah.
Sumber : (KH. Abdullah Gymnastiar, Penasihat dan Pembina DPU Daarut Tauhiid)
0 comments:
Posting Komentar